PONDOK Pesantren (Pontren) Suryalaya berdiri semenjak 5 September 1905 sehingga kini dalam bimbingan Pangersa Guru Mursyid Abah Anom ( KH. A. Shohibulwafa Tajul Arifin ra. ) memasuki milad yang ke 105 tahun, tepatnya pada 5 September 2010. Perayaan milad digelar cukup semarak tetapi khidmat dengan serangkaian berbagai kegiatan. Bahkan pada 5 September digelar ziarah dan khaul ke makam Abah Sepuh (Almarhum Syeikh Abdullah Mubarok Bin nur Muhammad ) selaku Pendiri Pondok Pesantren Suryalaya, buka puasa bersama, berjamaah maghrib di Masjid Nurul Asror, dzikir, dilanjutkan shalat Isya, dzikir, lifaf il bala’, shalat tarawih dan khotaman.

“Walaupun rencana pelaksanaan Peringatan HUT ke 105 Pontren Suryalaya terjadi pergeseran waktu menjadi 10 Oktober 2010, atas restu dan petunjuk Pengersa Abah Anom, maka pada 5 September 2010 tetap diselenggarakan acara ziarah ke makam Abah Sepuh dan khaul,”ungkap Zaenal Asikin, Bidang Acara HUT 105 Pontren Suryalaya mewakili Ketua Yayasan Serba Bakti Pusat Marsekal Muda TNI (Purn) H. Mahfudin Taka.

Sebagaimana diketahui, bahwa keberadaan Pondok Pesantren Suryalaya sebagai salah satu pondok pesantren terkemuka di Jawa Barat, pada waktu itu berusaha untuk dapat mengantisipasi atas kemajuan sebagai akibat berubahnya kondisi dan situasi Negara dan Bangsa Indonesia. Maka diperlukan sebuah wadah atau institusi yang legal secara hukum agar dapat menunjang fungsi pesantren sebagai pusat pengajaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dan tempat pendidikan dan pengembangan ilmu keislaman sekaligus mensinergikan ilmu Islam dengan ilmu modern.

“Dengan demikian, pesantren harus memiliki lembaga pendidikan formal yang berkualitas sehingga tujuan pesantren sebagai tempat pendidikan ilmu sekuler ataupun ilmu agama dapat terpenuhi,” ungkap Masekal Muda TNI (Purn) H. Mahfudin Taka selaku Ketua Yayasan Serba Bakti Suryalaya mengutip amanat KH. A. Shohibul Wafa Tajur Arifin sesepuh Pondok Pesantren Suryalaya.

Mahfudin Taka menjelaskan, atas usul dari (Alm) H. Sewaka, mantan Gubernur Jawa Barat (1947 – 1952) dan Iwa Kusuma Sumantri (Alm), Mentri Pertahanan Republik Indonesia (1952 – 1953) kepada Abah Anom, maka pada 11 Maret 1961 berdirilah sebuah yayasan dengan diberi nama; Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya.

Dengan adanya yayasan, maka didirikanlah lembaga pendidikan formal sesuai dengan keperluan dan kepentingan masyarakat. Lembaga pendididkan yang diselenggarakan dari mulai tingkat taman kanak-kanak hingga ke perguruan tinggi. Selain untuk menunjang pendidikan formal, yayasan juga berusaha mendukung berbagai kepentingan pesantren antara lain; mengatur pengajian bulanan yang biasa disebut manaqib, baik di Suryalaya maupun di tempat-tempat lainnya.

“Lembaga-lembaga pendidikan yang didirikan Abah Anom, Secara langsung atau tidak langsung, berperan serta dalam mengembangkan

Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah. Kalau pengembangan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah pada masa Abah Sepuh terbatas melalui media tradisional pesantren, maka dimasa kepemimpinan Abah Anom, selain menggunakan media tradisional yang telah ada, juga melalui lembaga pendidikan formal yang didirikannya dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi semuanya amat berperan dalam mengembangkan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah.”tuturnya.

Lembaga pendidikan yang ada dilingkungan Pondok Pesantren Suryalaya terbagi menjadi dua, yaitu pendidikan formal dan non-formal. Pendidikan formal yang ada terbagi menjadi dua, yaitu pendidikan formal umum dan Keagamaan. Pendidikan formal umum antara lain: Taman Kanak-kanak, SLTP, SMU, SMK, dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Latifah Mubarokiyah.

Kemudian pendidikan formal keagamaan antara lain: MTs, MA, MA Keagamaan, dan Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah.

“Mengingat pendidikan mempunyai peranan penting untuk membentuk akhlak serta budi pekerti mulia dan dalam mencerdaskan bangsa serta untuk menanamkan ideologi dalam proses integrasi nasional. Selain itu terselenggaranya pendidikan formal yang baik juga dapat meningkatkan taraf dan mutu kehidupan bangsa,” tutur H. Mahfudin Taka.

Sedangkan bidang lain yang dikelola oleh Yayasan Serba Bakti adalah Bidang Sosial, Ilmu dan Dakwah, Pendidikan, Hukum dan Organisasi, Perwakilan, Ibu Bella dan Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Obat Narkotika dan Kenakalan Remaja (INABAH).

Inabah adalah istilah yang berasal dari Bahasa Arab anaba-yunibu (mengembalikan) sehingga inabah berarti pengembalian atau pemulihan, maksudnya proses kembalinya seseorang dari jalan yang menjauhi Allah ke jalan yang mendekat ke Allah. Istilah ini digunakan pula dalam Al-Qur’an yakni dalam Luqman surat ke-31 ayat ke-15, Surat ke-42, Al-Syura ayat ke-10; dan pada surat yang lainnya.

Abah Anom menggunakan nama inabah menjadi metode bagi program rehabilitasi pecandu narkotika, remaja-remaja nakal, dan orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan. Konsep perawatan korban penyalahgunaan obat serta kenakalan remaja adalah mengembalikan orang dari perilaku yang selalu menentang kehendak Allah atau maksiat, kepada perilaku yang sesuai dengan kehendak Allah atau taat.

Dari sudut pandang tasawuf orang yang sedang mabuk, yang jiwanya sedang goncang dan terganggu, sehingga diperlukan metode pemulihan (inabah). Metode inabah baik secara teoretis maupun praktis didasarkan pada Al-Qur’an, hadits dan ijtihad para ulama.

Berkat keberhasilan metoda Inabah tersebut, KH.A Shohibulwafa Tajul Arifin mendapat penghargaan “Distinguished Service Awards” dari IFNGO on Drug Abuse, dan juga penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia atas jasa-jasanya di bidang rehabilitasi korban Narkotika dan Kenakalan Remaja.

Pada kesempatan milad ke 105 tahun, Ketua Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya Masekal Muda TNI (Purn) H.Mahfudin Taka mengajak kepada segenap ikhwan/akhwat dengan sepenuh hati senantiasa mengamalkan ajaran Pangersa Guru, menjaga keutuhan, serta mewujudkan“ Pondok Pesantren Suryalaya Berkhidmat Membina Kualitas Ikhwan dan Akhwat Menuju Insan Kamil Cageur Bageur Lahir Bathin” (REDI MULYADI/NUR KAMILLAH/RATNA SARI DEWI)***

Pondok Pesantren Suryalaya, Abah Anom, Inabah, Syeikh Abdullah Mubarok Bin Nur Muhammad, Peringatan HUT ke-105 Pondok Pesantren Suryalaya, KH. A. Shohibul Wafa Tajur Arifin